Kamis 03 Nov 2011 15:59 WIB

Ironi Suswanti, Atlet Sea Games (2): Ortu Berutang Biar Bisa Berangkat ke Jakarta

Rep: Eko Widiyanto/ Red: Siwi Tri Puji B
Suswanti
Foto: sepeda.sportku.com
Suswanti

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Kisah yang dialami Suswanti (19), atlit Balap Sepeda BMX yang akan menjadi duta olah raga Indonesia di ajang Sea Games 2011 mendatang, sungguh getir. Sejak lulus SMA Negeri 3 Purwokerto tahun 2010 lalu, dia tak bisa melihat ijazahnya. Pasalnya, ijazah aslinya ditahan pihak sekolah karena ia masih menunggak sejumlah biaya pendidikan.

Tidak adanya keperdulian dari pihak-pihak terkait di Banyumas, juga berlanjut saat ia harus berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pelatnas Sea Games. Suwarto, ayahnya, mengaku juga harus utang ke sana ke mari, untuk memberi bekal bagi anaknya. ''April lalu, saat anak saya ikut lomba di Cina, saya juga harus utang untuk mengurus paspor,'' kata pria berusia 40 tahun ini.

Kendati penuh kekurangan, Suwarto berharap anaknya bisa menoreh prestasi dengan mendapatkan medali emas di ajang Sea Games. “Ya mudah-mudahan bisa sukses, saya hanya bisa berdoa, biarlah hutang-hutang jadi urusan orang tuanya. Yang penting anak bisa berhasil,'' jelasnya.

Suswanti, saat ini memang menjadi salah satu atlet perempuan balap sepeda BMX di arena Sea Games yang akan digelar di Jakarta mulai 18 November 2011 mendatang. Di cabang olah raga tersebut, Suswanti akan mejadi wakil atlit Indonesia bersama dua atlet lainnya.

Sebagai seorang ayah, Suwarto berharap, melalui prestasinya di bidang olah raga, anaknya akan bisa hidup lebih baik dibanding ayahnya yang hanya seorang tukang becak. Untuk itu, dia sebenarnya menginginkan anaknya bisa mengenyam dunia pendidikan tinggi, dengan keringanan biaya pendidikan sebagai atlit berprestasi.  

''Tapi jangankan bisa kuliah, untuk sekolah SMA saja ijazahnya ternyata tetap ditahan karena saya tidak bisa membayar biaya pendidikan,'' katanya dengan mata menerawang, tak bisa mennyembunyikan kekecewaan.

Ketika menghadapi persoalan ijazah anaknya yang ditahan oleh pihak sekolah, dia sebenarnya sangat berharap KONI Kabupaten Banyumas akan menguruskan ijazah anaknya. Tapi ternyata tidak ada tanggapan.

''Terus terang saya sangat kecewa. Kata KONI, dulu biaya sekolah anak saya di SMA 3, gratis. Tapi ternyata ada biaya–biaya banyak, kita disuruh bayar sendiri,'' kata Maryati, sang ibu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement